Boros dalam kalangan anak sekolah

Mei 22, 2009 at 12:28 pm (Uncategorized)

A. Konsep Boros (Tabzir)
Berbicara tentang boros, banyak sekali istilah yang menegaskan kata tersebut. Dalam bahasa arab boros disebut juga tabzir, kata tabzir berasal dari kata Bazara, Yubaziru, Tabziran. Dalam ilmu ekonomi kata boros cenderung berarti konsumtif yaitu perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Secara isitlah boros merupakan perbuatan yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan uang atau barang karena kesengan atau kebiasaan. Sikap boros terjadi apabila pengeluaran melebihi dari yang seharusnya, misalnya membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya, membeli sesuatu yang diluar jangkauan dan lain sebagainya
Allah SWT menjelaskan dalam AL-qur’an surat Al Israa’ ayat 26 yang artinya “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. dari ayat tersebut dapat dipetik pelajaran bahwa sikap menghambur-hamburkan harta secara boros tidaklah diperbolehkan karna Allah SWT membenci orang yang suka menghambur-hamburkan hartanya secara boros karna sikap boros merupakan teman syaitan, akan lebih baik jika harta yang kita miliki kita manfaatkan sebaik-baiknya, misalnya ditabung untuk masa depan, memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan seperti fakir miskin, anak yatim dan lain sebagainya. Dijelaskan pula dalam ayat lain yaitu surat Al furqan ayat 67 yang artinya “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. dalam ayat ini dijelaskan bahwa dalam memanfaatkan harta yang kita miliki hendaknya seimbang artinya tidak boleh boros juga tidak boleh terlalu kikir, hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengelola keuangan sebai-baiknya.

B. Dampak pemborosan bagi siswa
Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif (boros). Gaya hidup konsumtif (boros) ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sehingga menggangu belajar siswa atau sampai menggunakan cara instan seperti korupsi (membohongi orang tua). Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.

C. Faktor-faktor yang menyebabkan pemborosan
Faktor-faktor penyebab pemborosan oleh siswa antara lain :
1. Tidak ada perencanaan sebelumnya
2. Kurang perawatan
3. Diperbudak nafsu (jaga gengsi, ingin dihormati, korban mode)
4. Ceroboh atau kurang perhitungan (lalai)
5. Kurang kendali (control)
6. Kecanggihan Teknologi.(hand Phone)

D. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menghindari sifat boros
Kebanyakan orang yang boros akibat ketidakmampuannya melakukan pembatasan terhadap diri sendiri. Sehingga merasa bebas untuk mengeluarkan tanpa berpikir sedikitpun. Untuk itu perlu kiranya disusun sebuah perencanaan untuk mengatur tingkat konsumsi/pengeluaran kita dengan cara sebagai berikut :
1. menyusun anggaran belanja
2. mencatat pengeluaran uang
3. mengurangi atau memperkecil pengeluaran
4. mencari penghasilan tambahan
5. memperhitungkan belanja dengan pedoman; tepat guna, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat mutu atau kualitas
6. Belajarlah untuk menentukan skala prioritas. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat pos-pos pengeluaran dan menentukan kira-kira berapa besarnya pos tersebut. Misalnya, untuk transportasi untuk perlengkapan sekolah (seragam, alat tulis, tas dll), untuk beli pulsa, untuk jajan dan sebagainya. Serta berusahalah untuk selalu berusaha mematuhi angka yang sudah tetapkan.
7. Selanjutnya hilangkan juga kebiasaan “lapar mata”, yakni istilah untuk orang yang bisa secara tiba-tiba tertarik ketika melihat suatu barang. Mereka yang “lapar mata” tidak bisa menahan keinginan untuk membeli sesuatu. Dan tidak ada orang yang bisa mengatasi “lapar mata” kecuali dirinya sendiri. Dan kebiasaan “lapar mata” merupakan salah satu sikap yang akan membuat seseorang menjadi boros

1 Komentar

  1. agustya said,

    thanks beritanya

Tinggalkan komentar